nama  : Amudi Lioctha Putra
kelas  : 1DB21
NPM  : 39110721
alamat blog Arton (artonamadhanmphagy.blogspot.com)
 
 KEPEMIMPINAN
Beberapa pengertian diantaranya ( Komaruddin , 1990) :
Menurut Ordway Tead,
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang  agar orang-orang itu bekerjasama mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Menurut George R. Terry
Kepemimpinan merupakan kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar orang-orang itu mencapai tujuan kelompok.
Menurut Kheit Davis
Kepemimpinan adalah faktor kemanusiaan yang mengikat kelompok menjadi satu dan mendorongnya menuju tujuan.
Dari  beberapa pengertian kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa  kepemimpinan adalah kemauan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar  dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah  ditentukan perusahaan.
Teori kepemimpinan
Teori sifat kepemimpinan
Teori  ini mengatakan bahwa seseorang itu dilahirkan membawa atau tidak  membawa sifat-sifat yang diperlukan bagi pimpinan atau tidak membawa  sifat-sifat yang diperlukan bagi pimpinan atau dengan individu yang  lahir telah membawa ciri-ciri tertentu yang memungkinkan dia menjadi  seorang pemimpin.
Teori Path-Goal
Teori  ini merupakan pengembangan yang wajar sebab kepemimpinan erat  hubungannya dengan motivasi di satu pihak dan kekuasaan di pihak lain.  Teori Path-Goal ini menganalisa pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi  bawahan , kepuasan dan pelaksanaan kerja.
Teori sifat 
Teori  ini merupakan analisa ilmiah tentang kepemimpinan, dimiliki dengan  memusatkan perhatian pada pemimpin itu sendiri. Ada beberapa faktor yang  bisa diteliti dari kemimpinan yaitu : kecerdasan, perasaan humor,  kejujuran, simpati, dan percaya diri.
Teori kelompok
Teori beranggapan bahwa kelompok bisa mencapai tujuannya dengan melalui pertukaran positif antara pimpinan dan bawahan.
Teori x dan y dari Mc Douglas
Teori X
Teori  x menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang  tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung  jawab yang diberikan kepadanya. Individu yang berperilaku teori x  mempunyai sifat : tak suka dan berusaha menghindari kerja, tak punya  ambisi, tak suka tanggung jawab, tak suka memimpin, suka jadi pengikut,  memikirkan diri tak memikirkan tujuan organisasi, tak suka perubahan,  sering kurang cerdas.
Contoh individu dengan teori x : pekerja bagunan.
Keuntungan teori x :
Karyawan bekerja untuk memaksimalkan kebutuhan pribadi.
Kelemahan teori x :
Karyawan malas,
Berperasaan irrasional,
Tidak mampu mengendalikan diri dan disiplin.
Teori Y
Teori  y memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya  kegiatan sehari-hari lainnya. Individu yang berperilaku teori y  mempunyai sifat : suka bekerja, commit pada pekerjaan, suka mengambil  tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar.
Contoh orang dengan teori y : manajer yang berorientasi pada kinerja.
Keuntungan teori y :
Pekerja menunjukkan kemampuan pengaturan diri,
Tanggung jawab,
Inisiatif diri,
Pekerja akan lebih memotivasi diri dari kebutuhan pekerjaan.
Kelemahan teori y :
Apresiasi diri akan terhambat berkembang karena karyawan tidak selalu menuntut kepada perusahaan.
Kepemimpinan
Soekarno, salah satu pemimipin yang berpengaruh di Indonesia. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.[1] Cara alamiah  mempelajari kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan  praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau  praktisi.[2] Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.[2] Ciri-Ciri Seorang Pemimpin
Kebanyakan  orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai  sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma,  pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.[3]  Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti  Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan  sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat  pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang  mereka inginkan. Kepemimpinan Yang Efektif
Barangkali  pandangan pesimistis tentang keahlian-keahlian kepemimpinan ini telah  menyebabkan munculnya ratusan buku yang membahas kepemimpinan.[4] Terdapat nasehat  tentang siapa yang harus ditiru (Attila the Hun), apa yang harus diraih  (kedamaian jiwa), apa yang harus dipelajari (kegagalan), apa yang harus  diperjuangkan (karisma), perlu tidaknya pendelegasian (kadang-kadang), perlu tidaknya berkolaborasi (mungkin), pemimpin-pemimpin rahasia  Amerika (wanita), kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan  (integritas), bagaimana meraih kredibilitas (bisa dipercaya), bagaimana  menjadi pemimipin yang otentik (temukan pemimpin dalam diri anda), dan  sembilan hukum alam kepemimpinan (jangan tanya).[4] Terdapat lebih dari 3000 buku yang judulnya mengandung kata pemimipin (leader).[4] Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku.[4]  Guru manajeman terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan  beberapa kalimat: "pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah  berpikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya,  secara jelas dan nyata.[4] Kepemimpinan Karismatik
Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas kepemimpinan karismatik.[5]  Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma (yang berasal  dari bahasa Yunani yang berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat  tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan  dan biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super, atau paling tidak daya-daya istimewa.[5]  Kemampuan-kemampuan ini tidak dimiliki oleh orang biasa, tetapi  dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari yang Ilahi, dan  berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang  pemimpin.[5]      MANAJEMEN KONFLIK
Definisi konflik :
-       Menurut  Nardjana (1994) konflik adalah akibat situasi dimana keinginan atau  kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain,  sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
-       Menurut  Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya  ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik  yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain.  Kondisi yang telah dekemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan  menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan  produktivitas kerja (Wijono,1993,p.4)
-       Menurut  Wood, Walace, Zeffane, Schermerhon, Hunt, dan Osborn (1998:580) yang  dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) adalah :  conflict is a situation which two or more people disagree over issues of  organisational substance and/or experience some emotional antagonism  with one anoher.
Yang  kurang lebih memiliki arti bahwa konflik adalah suatu situasi dimana  dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan  yang menyangkut kepentingan organisasi dan / atau dengan timbulnya  perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
-       Menurut  Stoner konflik organisasi adalah mencakup ketidakpastian soal alokasi  sumberdaya yang langka atau perselisihan soal tujuan, status, nilai,  persepsi, atau kepribadian. (Wahyudi,2006:17)
-       Daniel Webster mendefinisikan konflik sebagai :
1.   Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
2.   Keadaan atau perilaku yang bertentangan (Pickering,2001).
Sumber-sumber konflik :
1.   Konflik dalam diri in dividu (intraindividual conflict)
A. Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai (goal conflict)
Menurut  wijono (1993, p.7-15), ada 3jenis kkonflik yang berkaitan dengan tiga  tujuan yang hendak di capai ( goal conflict ),yaitu :
1.   Approach-approach  conflict, dimana ornang di dorong untuk melakukan pendekatan positif  terhadap dua persoalan atau lebih, tetapi tujuan tujuan yang di capai  saling terpisah satu sama lain.
2.   Approach-approach  conflict, dimana orang di dorong untuk melalukan pendekatan terhadap  persoalan persoalan yang mengacu pada satu tujuan pada waktu yang sama  di dorong untuk melakukan terhadap persoalan persoalan tersebut dan  tujuan nya dapat mengadung nilai nilai positif dan negatif bagi orang  yang mengalami konflik tersebut.
3.    Avoidance-Avoidance  conflict, dimana ornang di dorong untuk menghindari dua tau lebih hal  yang negatif tetapi tujuan tujuan yang di capai saling terpisah satu  sama lain.
Dalam  hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis konflik yang  mempunyai resiko paling kecil dan mudah di atasi, serta akibatnya tidak  begitu fatal.
B.  Konflik yang berkaitan dengan peran dan ambigius
Di  dalam organisasi, konflik seringkali terjadi karena adanya perbedaan  peran dan ambigius dalam tugas dan tanggung jawab terhadap sikap-sikap,  nilai-nilai dan harapan-harapan yang telah ditetapkan dalam suatu  organisasi.
Filley  and House memberikan kesimpulan atas hasil penyelidikan kepustakaan  mengenai konflik peran dalam organisasi, yang dicatat melalui  indikasi-indikasi yang dipengaruhi oleh tempat variabel pokok yaitu :
1.   Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran.
2.   Menerima kondisi dan situasi bila muncul konflik yang bisa membuat tekanan-tekanan dalam pekerjaan.
3.   Memiliki kemampuan untuk mentolelir stres.
4.   Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang muncul dalam organisasi (Wijono,1993,p.15).
Srategi mengatasi konflik dalam diri individu (intraindividual conflict)
Menurut Wijono (1993:66-112) untuk mengatasi konflik dalam diri in dividu diperlukan paling tidak tiga strategi yaitu :
1.   Strategi kalah-kalah (lose-lose strategy)
Berorientasi  pada dua individu atau kelompok yang sama-sama kalah. Biasanya individu  atau kelompok yang bertikai mengambil jalan tengah (berkompromi) atau  membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik atau menggunakan  jasa orang atau kelompok ketiga sebagai penengah.
Dalam  stretegi kalah-kalah , konflik bisa diselesaikan dengan cara melibatkan  pihak ketiga bila perundingan mengalami jalan buntu. Maka pihak ketiga  diundang untuk campur tangan oleh pihak-pihak yang berselisih atau  barangkali bertindak atas kemauannya sendiri. Ada dua tipe utama dalam  campur tangan pihak ketiga yaitu :
A. Arbitrasi (arbitration) 
Arbitrasi  merupakan prosedur dimana pihak ketiga mendengarkan kedua belah pihak  yang berselisih, pihak ketiga bertindak sebagai hakim dan penengah dalam  menentukan penyelesaian konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat.
B.  Mediasi (mediation)
Mediasi  digunakan oleh mediator untuk menyelesaikan konflik tidak seperti yang  diselesaikan oleh arbriator,karena seorang mediator tidak mempunyai  wewenang secara langsung terhadap pihak-pihak yang betikai dan  rekomendasi yang diberikan tidak mengikat.
2.   Strategi menang-kalah (wind-lose strategy)
Dalam  strategi saya menang anda kalah (wind lose strategy), menekankan adanya  salah satu pihak yang sedang konflik mengalami kekalahan tetapi yang  lain memperoleh kemenangan.
Beberapa cara yang digunakan untuk menyelesaikan konflik dengan wind-lose strategy (Wijono,1993:44), dapat melalui :
A. Penarikan  diri, yaitu proses penyelesaian konflik antara dua atau lebih pihak  yang kurang puas sebagai akibat dari ketergantungan tugas (task  independence)
B.  Taktik-taktik  penghalusan dan damai yaitu dengan melakukan tindakan perdamaian dengan  pihak lawan untuk menghindari terjadinya konfrontasi terhadap perbedaan  dan kekaburan dalam batas-batas bidang kerja (jurisdictional ambiquity)
C.  Bujukan,  yaitu dengan membujuk pihak lain untuk mengubah posisinya untuk  mempertimbangkan informasi-in formasi faktual yang relevan dengan  konflik, karena adanya rintangan komunikasi (communication barriers)
D. Taktik  paksaan dan penekanan, yaitu menggunakan kekuasaan formal dengan  menunjukkan kekuatan (power) melalui sikap otoriter karena dipengaruhi  oleh sifat-sifat individu (individual traits).
E.  Taktik-taktik  ysng berorientasi pada tawar-menawar dan pertukaran persetujuan  sehingga tercapai suatu kompromi yang dapat diterima oleh kedua belah  pihak untuk menyelesaikan konflik yang berkaitan dengan persaingan  terhadap sumber-sumber (competition for resources) secara optimal bagi  pihak-pihak yang berkepentingan.
3.   Strategi menang-menang (win-win strategy)
Penyelesaian  yang dipandang manusiawi, karena menggunakan segala pengetahuan, sikap  dan keterampilan menciptakan relasi komunikasi dan interaksi yang dapat  membuat pihak-pihak yang terlibat saling merasa aman dari ancaman,  merasa dihargai, menciptakan suasana kondusif dan memperoleh kesempatan  untuk mengembangkan potensi masing-masing dalam upaya penyelesaian  konflik. Jadi strategi ini menolong memecahkan masalah pihak-pihak yang  terlibat dalam konflik, bukan hanya ekedar memojokkan orang.
Strategi  menang-menang jarang dipergunakan dalam organisasi dan industri, tetapi  ada 2 cara didalam strategi ini yang dapat dipergunakan sebagai  alternatif pemecahan konflik interpersonal yaitu :
a.    Pemecahan  masalah terpadu (integrative problema solving) usaha untuk  menyelesaikan secara mufakat atau memadukan kebutuhan-kebutuhan kedua  belah pihak.
b.   Konsultasi  proses antar pihak (inter-party process consultation) dalam  penyelesaian melalui konsultasi proses, biasanya ditangani oleh  konsultan proses, dimana keduanya tidak mempunyai kewenangan untuk  menyelsaikan konflik dengan kekuasaan atau menghakimi.
Penyebab Konflik
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
A. Faktor Manusia
1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya.
2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
3. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap  egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
B. Faktor Organisasi
1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya  terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam  penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar  unit/departemen dalam suatu organisasi.
2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi,  tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat  antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang  relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara  unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk  memajukan perusahaan.
3. Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok  dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena  menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
4. Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa  mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang relatif muda  memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat,  rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang  ringan dan sederhana.
5. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena batas-batas aturan  tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih.
6. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen  mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen  yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam  status hirarki organisasi.
7. Hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan,  pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik  antar unit/ departemen. Akibat-akibat Konflik
Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
Akibat negatif
• Menghambat komunikasi.
• Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
• Mengganggu kerjasama atau “team work”.
• Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi.
• Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
• Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu  konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi,  dan apatisme.
Akibat Positif dari konflik:
• Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
• Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
• Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan  dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi.
• Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif.
• Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.
Cara atau Taktik Mengatasi Konflik
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana.  Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan  dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan  konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta  kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha  mengatasi konflik yang muncul.
Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:
Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan  menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.
Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian  yang mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan  bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan standar  keadilan yang berlaku.
Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak,  dengan saling mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini  dapat digunakan komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan janji  secara eksplisit.
Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan  kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan  kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling  percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan secara bersama de¬ngan  keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
Penarikan diri: Suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua  pihak menarik diri dari hubungan. Cara ini efektif apabila dalam tugas  kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan tidak efektif apabila tugas  saling bergantung satu sama lain.
Pemaksaan dan penekanan: Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar  menyerah; akan lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang  formal atas pihak lain. Apabila tidak terdapat perbedaan wewenang, dapat  dipergunakan ancaman atau bentuk-bentuk intimidasi lainnya. Cara ini  sering kurang efektif karena salah satu pihak hams mengalah dan menyerah  secara terpaksa.
Intervensi (campur tangan) pihak ketiga:
Apabila fihak yang bersengketa tidak bersedia berunding atau usaha kedua  pihak menemui jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam  penyelesaian konflik.
Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak  dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini  mungkin tidak menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap  lebih baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi atau tindakan  destruktif.
Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang untuk  menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin  komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta  mela-pangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu. Efektivitas  penengahan tergantung juga pada bakat dan ciri perilaku mediator.
Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta  mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik.  Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha  untuk menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan  persepsi dan kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan  tidak berfungsi, sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang  menjadi pokok sengketa.
Hal-hal yang Perlu Diperhati-kan Dalam Mengatasi Konflik:
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata  rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling  hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon.
    manajemen umum (pengawasan) 
PENGAWASAN (CONTROLING)
Devinisi pengawasan:
Menurut  Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik menetapkan standar  pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan  balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan  mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin  bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif  dan efisien.
Pengendalian  / Pengawasan adalah proses mengarahkan seperangkat variable / unsure (  manusia, peralatan, mesin, organisasi ) kearah tercapainya suatu tujuan  atau sasaran manajemen.
Pengendalian dan pengawasan diperlukan untuk mengetahui apakah  pelaksanaan suatu kegiatan dalam organisasi sesuai dengan rencana dan  tujuan yang telah digariskan atau ditetapkan.
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah  pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan  efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone  dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai :  “… the process by which manager determine wether actual operation are  consistent with plans”.
Dengan  demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk  mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan  memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi  penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan  yang diperlukan untuk mengatasinya. Selanjutnya dikemukakan pula oleh T.  Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : 
(a) penetapan standar pelaksanaan
(b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; 
(c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; 
(d)pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan 
(e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Fungsi-fungsi  manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait  antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut  dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya  merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
Fungsi Pengawasan:
Yaitu  suatu proses untuk menetapkan pekerjaan yang sudah dilakukan, menilai  dan mengoreksi agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana  semula.
TAHAPAN-TAHAPAN PROSES PENGAWASAN
1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang 
digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum 
yaitu :
a. standar phisik
b. standar moneter
c. standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan l 
laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya 
mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan 
bagai manajer.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada 
perbaikan dalam pelaksanaan.
<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
<!--[endif]-->
BENTUK-BENTUK PENGAWASAN
1. Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi 
dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan efektif bila manajer dapat 
menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang perubahan yang terjadi atau 
perkembangan tujuan.
2. Pengawasan Concurrent (concurrent control)
Yaitu pengawasan “Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi 
syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan 
pelaksanaan kegiatan.
3. Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur 
penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.
METODE-METODE PENGAWASAN
Metode-metode pengawasan bisa dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengawasan non-kuantitatif dan pengawasan kuantitatif
a. Pengawasan Non-kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk 
mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering 
digunakan 
adalah:
1) Pengamatan (pengendalian dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk 
mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
2) Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan 
mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
3) Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang 
dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih 
cepat.
4) Evaluasi pelaksanaan.
5) Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini 
dapat menjadi alat pengendalian karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis 
dan dipecahkan bersama.
6) Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang 
signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip 
pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua 
kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.[13]
b. Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa  teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif adalah:
1) Anggaran
- anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas
- anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base 
budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting ( HRA )
2) Audit
- Internal Audit
Tujuan : membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab 
mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar 
mengenai kegiatan mereka.
- Ekternal Audit
Tujuan : menetukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar 
keadaan keuangan dan hasil perusahaan, pemeriksaan dilakasanakan oleh pihak yang 
bebas dari pengaruh manajemen.
3) Analisis break-even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan 
pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.
4) Analisis rasio
Menyankut dua jenis perbandingan
1. Membandingkan rasia saat ini dengan rasia-rasia dimasa lalu
2. Membandingkan rasia-rasia suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis
5) Bagian dari Teknik yang berhubungan dengan waktu pelaksanaan kegiatan, seperti :
1. Bagan Ganti
Bagan yang mempunyai keluaran disatu sumbu dan satuan waktu disumbu yang lain 
serta menunjukan kegiatan yang direncanakan dan kegiatan yang telah diselesaikan 
dalam hubungan antar setiap kegiatan dan dalam hubunganya dengan waktu.
2. Program Evaluation and Reviw Technique (PERT)
Dirancang untuk melakukan scheduling dan pengawasan proyek – proyek yang 
bersifat kompleks dan yang memerlukan kegiatan – kegiatan tertentu yang harus 
dijalankan dalam urutan tertentu dan dibatasi oleh waktu.
Syarat-syarat untuk menjalankan pengawasan yang baik, yakni :
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Pengawasan harus mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan.
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Pengawasan harus melaporkan setiap penyimpangan yang terjadi dengan segera.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Pengawasan harus mempunyai pandangan ke depan.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Pengawasan harus obyektif,teliti,dan sesuai dengan standard yang digunakan.
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Pengawasan harus luwes atau fleksibel.
<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi.
<!--[if !supportLists]-->7. <!--[endif]-->Pengawasan harus ekonomis.
<!--[if !supportLists]-->8. <!--[endif]-->Pengawasan harus mudah dimengerti.
<!--[if !supportLists]-->9. <!--[endif]-->Pengawasan harus diikuti dengan perbaikan atau koreksi.
Agar pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik,
maka pengawasan harus:
- Mudah dimengerti 
 
- Adanya tindakan koreksi 
 
- Melaporkan penyimpangan yang mungkin terjadi
 
Tujuan dilaksanakan pengawasan adalah :
a. untuk menjadikan pelaksanaan dan hasil kegiatan sesuai dengan rencana dan tujuan.
b. Untuk memecahkan masalah
c. Untuk mengurangui resiko kegagalan suatu rencana
d. Untuk membuat perubahan – perubahan maupun perbaikan – perbaikan.
e. Untuk mengetahui kelemahan – kelemahan pelaksaannya
PELAKU ATAU PELAKSANA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN :
Pengawasan dan Pengendalian dilakuakan oleh :
a. Pihak manajemen pada masing – masing fungsi organisasi.
b. Pihak luar manajemen ( Auditor )
Jenis-Jenis Pengawasan
Jenis-jenis pengawasan dapat ditinjau dari 3 segi
a. Waktu
b. Obyek
c. Subyek
a. Pengawasan dari segi waktu
Pengawasan dari segi waktu dapat dilakukan secara preventif dan secara reprensif. Alat 
yang dipakai dalam pengawasan ialah perencanaan budget, sedangkan pengawasan 
secara repensif alat budget dan laporan.
b. Pengawasan dilihat dari segi obyektif
Pengawasan dari segi obyektif ialah pengawasan terhadap produksi dan sebagainya. 
Ada juga yang mengatakan karyawan daru segi obyek merupakan pengawasan secara 
administratif dan pengawasa operatif. Contoh pengawasan administratif ialah 
pengawasan anggaran, inspeksi, pengawasan order dan pengawasan kebijaksanaan.
c. Pengawasan dari segi subyek
Pengawasan dari segi subyek terdiri dari pengawasan intern dan pengawasan ekstern.
<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
<!--[endif]-->
Pengawasan InternPengawasan  intern dalam perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian pengawasan  perusahaan (internal auditor). Laporan tertulis dari bawahan kepada  atasan pada umumnya terdiri dari :
a. Laporan harian
b. Laporan mingguan
c. Laporan Bulanan
d. Laporan khusus
e. Laporan harian
<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
<!--[endif]-->
Pengawasan Ekstern
Pengawasan ekstren dilakukan oleh akuntan publict (certified public  accountant). publikasi laporan neraca dan rugi laba yang menyebabkan  jalannya perusahaan wajibdi periksa oleh akuntan publik.
Adapun pemeriksaan yang umum dilakukan oleh akuntan publik dapat dibagi jadi 4 golongan
<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->
<!--[endif]-->
a. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum atau general audit adalah pemeriksaan rutin tentang kebenaran 
data administrasi perusahaan.
b. Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus atau spesical anfestigation adalah suatu pemeriksaan khusus yang 
yang ditugaskan kepada akuntan public.
c. Pemeriksaan Neraca
Pemeriksaan neraca dikenal juga drngan balance sheet audit artinya suatu pemeriksaan 
khusus terhadap neraca perusahaan.
d. Pemeriksaan sempurna Suatu pemeriksaan semputna (detail audit) berhubungan erat 
dengan pemeriksaan khusus.
Perancangan Proses Pengawasan
William H. Newman menetapkan prosedur sistem pengawasan, dimana dikemukakan lima jenis pendekatan, yaitu :
1. Merumuskan hasil diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2. Menetapkan petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki 
penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan :
a. pengukuran input
b. hasil pada tahap awal
c. gejala yang dihadapi
d. kondisi perubahan yang diasumsikan
3. Menetapkan standar petunjuk dan hasil, dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dimana komunikasi pengawasan 
didasarkan pada prinsip manajemen by exception yaitu atasan diberi informasi bila 
terjadi penyimpangan dari standar.
5. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi, bila perlu suatu tindakan diganti