Nama :Amudi Lioctha Putra
 Kelas  : 1DB21
 NPM  : 39110721
 
A . KOORDINASI
  
    Koordinasi (coordination) adalah    proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada    satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional)    suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Tiga macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi, yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)
Bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang    lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada    pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence)
Dimana suatu satuan organisasi harus pekerjaannya terlebih dahulu sebelum satuan lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik (raciprocal interdependence)
Merupakan hubungan memberi dan menerima antar satuan organisasi.
     Empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara  bermacam-macam   individu dan departemen-departemen dalam organisasi  menurut Paul R.   Lawrence dan Jay W. Lorch adalah:
1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan    pandangan-pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai    kepentingan organisasi yang baik.
2. Perbedaan dalam oriantasi waktu
Manajer akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan    segera atau dalam periode waktu pendek. Bagian penelitian dan    pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang    cepat agar prosesnya lancar, sedang bagian penelitian dan pengembangan    mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat    serta berdiskusi satu dengan yang lain.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan    standar-standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap  tujuan   dan untuk balas jasa bagi karyawan.
Pendekatan-pendekatan untuk Pencapaian Koordinasi yang Efektif
Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi    secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan    informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin    membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan    informasi.
Tiga Pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif:
1. Pendekatan Pertama: TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN DASAR
Dengan mempergunakan teknik-teknik manajemen dasar : hirarki manajerial,    rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta    aturan-aturan dan prosedur-prosedur.
2. Pendekatan Kedua: MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL
Menjadi diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi.
3. Pendekatan Ketiga: MENGURANGI KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI
Dalam beberapa situasi adalah tidak efisien untuk mengembangkan cara    pengkoordinasian tambahan. Ini dapat dilakukan dengan penyediaan    tambahan smber daya-sumber daya untuk satuan-satuan organisasi atau    penglompokan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas dapat    berdiri sendiri.
Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar :
1. Hirarki manajerial.
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal, hubungan    tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi    bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan  yang   tepat.
2. Aturan dan prosedur.
Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani    kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang    efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
3. Rencana dan penetapan tujuan.
Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarah    seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini    diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh    informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan    satuan-satuan oraganisasi.
Meningakatkan koordinasi potensial : 1. Sistem informasi vertikal.
Adalah peralatan melalui mana data disalurkan melewati    tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di dalam atau    di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah dikembangkan    dalam kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan    operasi-operasi internasional untuk meningkatkan informasi yang tersedia    bagi perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
2. Hubungan-hubungan lateral (harizontal).
Melalui pemotongan rantai perintah, hubungan-hubungan lateral membiarkan    informasi dipertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat hirarki    dimana informasi yang dibutuhkan ada.
Beberapa hubungan lateral, yaitu:
a. Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatakan efektivitas dan efisiensi kerja.
b. Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar departemen sahingga mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
c. Panitnya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi secara    formal dengan pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk    bila dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
d. Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer    produk atau proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek    khusus memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang    terus menerus dari seseorang.
e. Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui    perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan    implementasinya. Ini diperlukan bila posisi pengintegrasian yang    dijelaskan pada d di atas tidak secara efektif mengoordinasikan tugas    tertentu.
f. Organisasi matriks, suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan penyelesaian proyek-proyek yang kompleks.
Metoda Pengurangan Kebutuhan akan Koordinasi, yaitu :
1. Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan.
Sumber daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagi    satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu,    tugas diperingan dan masalah-masalah yang timbul berkurang.
2. Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri.
Teknik ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter    satuan-satuan organisasi. Kelompok tugas yang dapat berdiri sendiri    diserahi suatu tanggung jawab penuh salah satu organisasi operasi    (perusahaan).
Penentuan Mekanisme Koordinasi yang Tepat :
  Pertimbangan penting dalam penentuan pendekatan yang paling baik untuk    koordinasi adalah menyesuaikan kapasitas organisasi untuk koordinasi    dengan kebutuhan koordinasi. Bila kebutuhan lebih besar dari kemampuan,    organisasi harus menentukan pilihan: meningkatkan koordinasi  potensial   atau mengurangi kebutuhan. Sebaliknya, terlalu besar  kemampuan   pemrosesan informasi relatif terhadap kebtuhan secara  ekonomis tidak   efisien, karena untuk menciptakan dan memelihara  mekanisme-mekanisme   tersebut adalah mahal. Kegagalan untuk mencocokkan  kemampuan pemrosesan   informasi dengan kebutuhan akan menyebabkan  penurunan prestasi. 
     
B. WEWENANG KEKUASAAN DAN PENGARUH
  
    Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau  memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar  tercapai tujuan tertentu. Ada dua pandangan yang saling berlawanan  mengenai sumber wewenang, yaitu teori formal (atau sering disebut  pandangan klasik )dan teori penerimaan.
Teori formal berpendapat bahwa wewenang ada karna seseorang di beri atau  di limpahi atau diwarisi hal tersebut. Pandangan teori penerimaan bahwa  wewenang seseorang timbul hanya bila hal itu di terima oleh kelompok  atau individu kepada siapa wewenang tersebut di jalankan. Chester  Barnard menyatakan: “ bila suatu komunikasi direktif diterima seseorang  kepada siapa hal itu ditunjukan wewenang untuknya tercipta atau di  tegaskan”.Barnard menyebut penerima wewenang dengan sebutan “ zone of  indifference”, dan Herbert A . Simon menyebut dengan “ area of  acceptance”.
     Kekuasaan(power) sering di campur adukan dengan wewenang. Bila  wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, kekuasaan adalah kemampuan  untuk melakukan hal tersebut. Kekuasaan posisi (position power) di dapat  dari wewenang formal suatu organisasi. Kekuasaan pribadi (personal  power) di dapatkan dari para pengikut dan didasarkan atas seberapa besar  pengikut dan di dasarkan atas seberapa besar para pengikut mengagumi  dan respeck pada seorang pemimpin.
Ada 6 sumber kekuasaan , empat pertama berhubungan dengan kekuasaan posisi dan dua lain nya kekuasaan pribadi, sebagai berikut:
1. Kekuasaan balas jasa (reward power)
2. Kekuasaan paksaan (coercive power)
3. Kekuasaan sah (legimate power)
4. Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power)
5. Kekuasaan panutan (refrent power)
6. Kekuasaan ahli (expert power)
     David McClelland mengemukakan ada “dua muka dari kekuasaan “, yaitu  sisi negative dan sisi positif. Sisi negative mengandung arti bahwa  memiliki kekuasaan berarti menguasai orang lain yang lebih lemah. Sisi  positif ditandai dengan perhatian pada pencapaian tujuan kelompok.
Tanggung jawab dan akunbilitas. Tanggung jawab (responbility)
Adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang  bawahan menerima wewenang manager untuk mendelegasikan tugas atau funsi  tertentu. Akunbilitas adalah factor di luar individu dan perasaan  pribadinya.Pengaruh (influence) adalh suatu transaksi sosial dimana  seseorang atau kelompok di bujuk oleh seorang atau kelompok lain untuk  melakukan kegiatan sesuai dengan harapan mereka yang mempengaruhi.
STRUKTUR LINI DAN STAF
      Organisasi lini dan Staf, semua organisasi mempunyai sejumlah  fungsi-fungsi dasar yang harus dilaksanakan. Staf merupakan individu  atau kelompok dalam struktur organisasi yang fungsi utamanya memberikan  saran dan pelayanan kepada fungsi lini. Beberapa alas an mengapa  organisasi perlu membedakan antara kegiatan-kegiatan lini dan staf.  Pertama, karena kegiatan-kegiatan lini mencerminkan pekerjaan pokok  organisasi. Kedua, pengetatan yang harus di buat organisasi dalam waktu  krisis sangat di tentukan oleh pilihan terhadap departemen lini atau  staf.
Ada dua tipe staf yaitu staf pribadi dan staf spesialis. Staf pribadi di  bentuk untuk memberikan saran, bantuan, dan jasa kepada seorang  manager. Staf spesialis memberikan saran, konsultasi, bantuan dan  melayani seluruh lini dan unsure organisasi.
WEWENANG LINI, STAF, DAN FUNGSIONAL
     Wewenang lini adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas  bawahannya langsung. Wewenang staf adalah hak yang dipunyai oleh  satu-satuan staf atau para spesialis untuk menyarankan, memberi  rekomendasi atau konsultasi kepada personalia lini. Wewenang staf  fungsional adalah hubungan terkuat yang dapat di miliki staf dengan  satuan-satuan lini.
Beberapa factor dapat menimbulkan berbagai konflik di antara departemen dan orang-orang lini dan staf, yaitu:
1. Perbedaan umur dan pendidikan
2. Perbedaan tugas
3. Perbedaan sikap
4. Perbedaan posisi
DELEGASI WEWENANG
     Delegasi wewenang adalah proses dimana para manajer mengalokasikan  wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor padanya. Efektifitas  delegasi merupakan factor utama yang membedakan manajer sukses dan  manajer tidak sukses.
Prinsip- prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif adalah:
1. Prinsip scalar
2. Prinsip kesatuan perintah
3. Tanggung jawab. Wewenang, dan akunbilitas
Delegasi adalah factor krisis bagi manajemen yang efektif, tetapi banyak  manajer gagal untuk mendelegasikan atau mendelegasikan dengan lemah.
Louis Allen mengemukakan beberapa teknik khusus untuk membantu manajer melakukan delegasidengan efektif.
1. Tetapkan tujuan
2. Tegaskan tanggung jawab dan wewenang
3. Berikan motivasi kepada bawahan
4. Meminta penyelesaian kerja
5. Berikan latihan
6. Adakan pengawasan yang memadai
SENTRALISASI VERSUS DESENTRALISASI
     Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pada tingkatan  atas suatu organisasi. Desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan  secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ketingkatan-tingkatan  organisasi yang lebih rendah.
Factor-faktor yang mempengaruhi Derajat Desentralisasi sebagai berikut:
1. Filsafat manajemen
2. Ukuran dan tingkatan pertumbuhan organisasi
3. Strategi dan lingkungan organisasi
4. Penyebaran Geografis organisasi
5. Tersediannya peralatan pengawasan yang efektif
6. kualitas manajer
7. keanekaragaman produk dan jasa
8. Karakteristik- karakteristik organisasi lainnya
Jadi, pendekatan paling logic yang dapat digunakan organisasi adalah  mengamati segala kemungkinan yang terjadi (contingency approach).
 
C. TEORI-TEORI MOTIVASI
     Motivasi dapat diartikan sebagai  kekuatan (energi) seseorang yang  dapat menimbulkan tingkat persistensi  dan entusiasmenya dalam  melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber  dari dalam diri  individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari  luar individu  (motivasi ekstrinsik).
     Seberapa kuat motivasi yang dimiliki  individu akan banyak menentukan  terhadap kualitas perilaku yang  ditampilkannya, baik dalam konteks  belajar, bekerja maupun dalam  kehidupan lainnya.. Kajian tentang  motivasi telah sejak lama memiliki  daya tarik tersendiri bagi kalangan  pendidik, manajer, dan peneliti,  terutama dikaitkan dengan kepentingan  upaya pencapaian kinerja  (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi  psikologi, Abin Syamsuddin  Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk  memahami motivasi individu dapat  dilihat dari beberapa indikator,  diantaranya:
(1) durasi kegiatan
(2) frekuensi kegiatan
(3) persistensi pada kegiatan
(4) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan
(5) devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan
(6) tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
(7) tingkat kualifikasi prestasi atau  produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan;
(8) arah  sikap terhadap sasaran kegiatan.
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori  motivasi yang dikembangkan oleh  Abraham H. Maslow pada intinya  berkisar pada pendapat bahwa manusia  mempunyai lima tingkat atau  hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex
(2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual
(3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs)
(4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status
(5)  aktualisasi diri (self  actualization), dalam arti tersedianya  kesempatan bagi seseorang untuk  mengembangkan potensi yang terdapat  dalam dirinya sehingga berubah  menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan  yang disebut pertama  (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang  diklasifikasikan dengan  cara lain, misalnya dengan menggolongkannya  sebagai kebutuhan primer,  sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan  klasifikasi kebutuhan  sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi  kebutuhan manusia itu,  yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan  intensitas kebutuhan manusia  berbeda satu orang dengan yang lainnya  karena manusia merupakan individu  yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan  manusia itu tidak hanya bersifat  materi, akan tetapi bersifat  pskologikal, mental, intelektual dan bahkan  juga spiritual.
Menarik  pula untuk dicatat bahwa dengan  makin banyaknya organisasi yang tumbuh  dan berkembang di masyarakat dan  makin mendalamnya pemahaman tentang  unsur manusia dalam kehidupan  organisasional, teori “klasik” Maslow  semakin dipergunakan, bahkan  dikatakan mengalami “koreksi”.  Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut  terutama diarahkan pada konsep  “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan  oleh Maslow. Istilah “hierarki”  dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau  secara analogi berarti anak  tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu  tangga berarti dimulai  dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga  dan seterusnya. Jika  konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan  kebutuhan manusia, berarti  seseorang tidak akan berusaha memuaskan  kebutuhan tingkat kedua,- dalam  hal ini keamanan- sebelum kebutuhan  tingkat pertama yaitu sandang,  pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga  tidak akan diusahakan pemuasan  sebelum seseorang merasa aman, demikian  pula seterusnya.
Berangkat  dari kenyataan bahwa pemahaman  tentang berbagai kebutuhan manusia  makin mendalam penyempurnaan dan  “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat,  akan tetapi juga memang  diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa  usaha pemuasan berbagai  kebutuhan manusia berlangsung secara simultan.  Artinya, sambil memuaskan  kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang  bersamaan ingin menikmati  rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman  serta ingin berkembang.
Dengan  demikian dapat dikatakan bahwa  lebih tepat apabila berbagai kebutuhan  manusia digolongkan sebagai  rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam  hubungan ini, perlu  ditekankan bahwa :
- Kebutuhan yang satu saat sudah      terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
 
- Pemuasaan berbagai kebutuhan      tertentu, terutama kebutuhan   fisik, bisa bergeser dari pendekatan      kuantitatif menjadi pendekatan   kualitatif dalam pemuasannya.
 
- Berbagai kebutuhan tersebut      tidak akan mencapai “titik jenuh”   dalam arti tibanya suatu kondisi dalam      mana seseorang tidak lagi   dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan      itu.
 
     Kendati pemikiran Maslow tentang teori  kebutuhan ini tampak lebih  bersifat teoritis, namun telah memberikan  fundasi dan mengilhami bagi  pengembangan teori-teori motivasi yang  berorientasi pada kebutuhan  berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
     Dari McClelland dikenal tentang teori  kebutuhan untuk mencapai  prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang  menyatakan bahwa  motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan  seseorang akan  prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi  merumuskan kebutuhan  akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“  Melaksanakan sesuatu tugas  atau pekerjaan yang sulit. Menguasai,  memanipulasi, atau mengorganisasi  obyek-obyek fisik, manusia, atau  ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut  secepat mungkin dan seindependen  mungkin, sesuai kondisi yang berlaku.  Mengatasi kendala-kendala,  mencapai standar tinggi. Mencapai performa  puncak untuk diri sendiri.  Mampu menang dalam persaingan dengan pihak  lain. Meningkatkan kemampuan  diri melalui penerapan bakat secara  berhasil.”
Menurut  McClelland karakteristik orang  yang berprestasi tinggi (high  achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :  (1) sebuah preferensi untuk  mengerjakan tugas-tugas dengan derajat  kesulitan moderat; (2) menyukai  situasi-situasi di mana kinerja mereka  timbul karena upaya-upaya mereka  sendiri, dan bukan karena faktor-faktor  lain, seperti kemujuran  misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik  tentang keberhasilan dan  kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka  yang berprestasi rendah.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
     Teori Alderfer dikenal dengan akronim  “ERG” . Akronim “ERG” dalam  teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama  dari tiga istilah yaitu : E  = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R =  Relatedness  (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G =  Growth  (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika  makna tiga istilah tersebut  didalami akan tampak dua hal penting.  Pertama, secara konseptual  terdapat persamaan antara teori atau model  yang dikembangkan oleh Maslow  dan Alderfer. Karena “Existence” dapat  dikatakan identik dengan  hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow;  “ Relatedness” senada  dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat  menurut konsep Maslow dan  “Growth” mengandung makna sama dengan “self  actualization” menurut  Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa  berbagai jenis kebutuhan  manusia itu diusahakan pemuasannya secara  serentak. Apabila teori  Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa  :
- Makin tidak terpenuhinya suatu      kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
 
- Kuatnya keinginan memuaskan      kebutuhan yang “lebih tinggi”   semakin besar apabila kebutuhan yang lebih      rendah telah dipuaskan;
 
- Sebaliknya, semakin sulit      memuaskan kebutuhan yang tingkatnya   lebih tinggi, semakin besar keinginan      untuk memuasakan kebutuhan   yang lebih mendasar.
 
Tampaknya  pandangan ini didasarkan  kepada sifat pragmatisme oleh manusia.  Artinya, karena menyadari  keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan  diri pada kondisi obyektif  yang dihadapinya dengan antara lain  memusatkan perhatiannya kepada  hal-hal yang mungkin dicapainya.
     
4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
     Ilmuwan ketiga yang diakui telah  memberikan kontribusi penting dalam  pemahaman motivasi Herzberg. Teori  yang dikembangkannya dikenal dengan “  Model Dua Faktor” dari motivasi,  yaitu faktor motivasional dan faktor  hygiene atau “pemeliharaan”.
Menurut  teori ini yang dimaksud faktor  motivasional adalah hal-hal yang  mendorong berprestasi yang sifatnya  intrinsik, yang berarti bersumber  dalam diri seseorang, sedangkan yang  dimaksud dengan faktor hygiene  atau pemeliharaan adalah faktor-faktor  yang sifatnya ekstrinsik yang  berarti bersumber dari luar diri yang  turut menentukan perilaku  seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut  Herzberg, yang tergolong sebagai  faktor motivasional antara lain ialah  pekerjaan seseorang, keberhasilan  yang diraih, kesempatan bertumbuh,  kemajuan dalam karier dan pengakuan  orang lain. Sedangkan faktor-faktor  hygiene atau pemeliharaan mencakup  antara lain status seseorang dalam  organisasi, hubungan seorang individu  dengan atasannya, hubungan  seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya,  teknik penyeliaan yang  diterapkan oleh para penyelia, kebijakan  organisasi, sistem  administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan  sistem imbalan yang  berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah   memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat   dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang   bersifat ekstrinsik
5. Teori Keadilan
     Inti teori ini terletak pada pandangan  bahwa manusia terdorong untuk  menghilangkan kesenjangan antara usaha  yang dibuat bagi kepentingan  organisasi dengan imbalan yang diterima.  Artinya, apabila seorang  pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang  diterimanya tidak  memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
- Seorang akan berusaha      memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
 
- Mengurangi intensitas usaha      yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
 
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
- Harapannya  tentang jumlah      imbalan yang dianggapnya layak  diterima  berdasarkan kualifikasi pribadi,      seperti pendidikan,  keterampilan,  sifat pekerjaan dan pengalamannya;
 
- Imbalan yang diterima oleh      orang lain dalam organisasi yang   kualifikasi dan sifat pekerjaannnya      relatif sama dengan yang   bersangkutan sendiri;
 
- Imbalan yang diterima oleh      pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan      sejenis;
 
- Peraturan perundang-undangan      yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para      pegawai
 
Pemeliharaan  hubungan dengan pegawai  dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat  dan petugas di bagian  kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai  persepsi ketidakadilan  timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai.  Apabila sampai terjadi  maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi  organisasi, seperti  ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi,  sering terjadinya  kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para  pegawai berbuat  kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing,  pemogokan atau  bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
     Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam  penetapan tujuan memiliki empat  macam mekanisme motivasional yakni : (a)  tujuan-tujuan mengarahkan  perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya;  (c) tujuan-tujuan  meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan  menunjang  strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut  ini  menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
     Victor H. Vroom, dalam bukunya yang  berjudul “Work And Motivation”  mengetengahkan suatu teori yang  disebutnya sebagai “ Teori Harapan”.  Menurut teori ini, motivasi  merupakan akibat suatu hasil dari yang  ingin dicapai oleh seorang dan  perkiraan yang bersangkutan bahwa  tindakannya akan mengarah kepada hasil  yang diinginkannya itu. Artinya,  apabila seseorang sangat menginginkan  sesuatu, dan jalan tampaknya  terbuka untuk memperolehnya, yang  bersangkutan akan berupaya  mendapatkannya.
Dinyatakan  dengan cara yang sangat  sederhana, teori harapan berkata bahwa jika  seseorang menginginkan  sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu  cukup besar, yang  bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh  hal yang  diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal  yang  diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi  rendah.
Di  kalangan ilmuwan dan para praktisi  manajemen sumber daya manusia teori  harapan ini mempunyai daya tarik  tersendiri karena penekanan tentang  pentingnya bagian kepegawaian  membantu para pegawai dalam menentukan  hal-hal yang diinginkannya serta  menunjukkan cara-cara yang paling  tepat untuk mewujudkan keinginannnya  itu. Penekanan ini dianggap  penting karena pengalaman menunjukkan bahwa  para pegawai tidak selalu  mengetahui secara pasti apa yang  diinginkannya, apalagi cara untuk  memperolehnya.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
     Berbagai teori atau model motivasi yang  telah dibahas di muka dapat  digolongkan sebagai model kognitif motivasi  karena didasarkan pada  kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang  yang bersangkutan  berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun  ditentukan oleh  persepsi tersebut.
Padahal  dalam kehidupan organisasional  disadari dan diakui bahwa kehendak  seseorang ditentukan pula oleh  berbagai konsekwensi ekstrernal dari  perilaku dan tindakannya. Artinya,  dari berbagai faktor di luar diri  seseorang turut berperan sebagai  penentu dan pengubah perilaku.
Dalam  hal ini berlakulah apaya yang  dikenal dengan “hukum pengaruh” yang  menyatakan bahwa manusia cenderung  untuk mengulangi perilaku yang  mempunyai konsekwensi yang menguntungkan  dirinya dan mengelakkan  perilaku yang mengibatkan perilaku yang  mengakibatkan timbulnya  konsekwensi yang merugikan.
Contoh  yang sangat sederhana ialah  seorang juru tik yang mampu menyelesaikan  tugasnya dengan baik dalam  waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat  pujian dari atasannya. Pujian  tersebut berakibat pada kenaikan gaji  yang dipercepat. Karena juru tik  tersebut menyenangi konsekwensi  perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan  hanya bekerja lebih tekun dan  lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha  meningkatkan keterampilannya,  misalnya dengan belajar menggunakan  komputer sehingga kemampuannya  semakin bertambah, yang pada gilirannya  diharapkan mempunyai  konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh  sebaliknya ialah seorang pegawai  yang datang terlambat berulangkali  mendapat teguran dari atasannya,  mungkin disertai ancaman akan  dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan  kemungkinan dikenakan sanksi  sebagi konsekwensi negatif perilaku  pegawai tersebut berakibat pada  modifikasi perilakunya, yaitu datang  tepat pada waktunya di tempat  tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk   modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia   yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh   dengan “gaya” yang manusiawi pula.
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
     Bertitik tolak dari pandangan bahwa  tidak ada satu model motivasi yang  sempurna, dalam arti masing-masing  mempunyai kelebihan dan kekurangan,  para ilmuwan terus menerus berusaha  mencari dan menemukan sistem  motivasi yang terbaik, dalam arti  menggabung berbagai kelebihan  model-model tersebut menjadi satu model.  Tampaknya terdapat kesepakan  di kalangan para pakar bahwa model tersebut  ialah apa yang tercakup  dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan  prestasi seseorang individu .
Menurut  model ini, motivasi seorang  individu sangat dipengaruhi oleh berbagai  faktor, baik yang bersifat  internal maupun eksternal. Termasuk pada  faktor internal adalah : (a)  persepsi seseorang mengenai diri sendiri;  (b) harga diri; (c) harapan  pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f)  kepuasan kerja; (g) prestasi  kerja yang dihasilkan.
Sedangkan  faktor eksternal mempengaruhi  motivasi seseorang, antara lain ialah :  (a) jenis dan sifat pekerjaan;  (b) kelompok kerja dimana seseorang  bergabung; (c) organisasi tempat  bekerja; (d) situasi lingkungan pada  umumnya; (e) sistem imbalan yang  berlaku dan cara penerapannya.
 D. KOMUNIKASI
    Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris communication) berasal dari Bahasa Latin communicatus   yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”.Dengan demikian,    kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang   bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Menurut  Webster New Collogiate Dictionary    dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi   di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau   tingkah laku”.
Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang ilmu komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
Hovland, Janis & Kelley 
Komunikasi  adalah  suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan  stimulus  (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau   membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Berelson & Steiner 
Komunikasi  adalah  suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian,  dan  lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,  gambar,  angka-angka, dan lain-lain.
Harold Lasswell
Komunikasi  pada  dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”   “mengatakan  “apa”  “dengan saluran apa”, “kepada siapa”, dan “dengan  akibat apa”   atau “hasil apa”.(who says what in which channel to whom and with what effect).
Barnlund
Komunikasi  timbul  didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa  ketidakpastian,  bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat  ego.
Weaver 
Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.
Gode 
Komunikasi  adalah  suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang dimiliki oleh   seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau   lebih.
    Dari berbagai  definisi tentang ilmu  komunikasi tersebut  tersebut, terlihat bahwa  para ahli memberikan definisinya sesuai dengan  sudut pandangnya  dalamelihat komunikasi. Masing-masing memberikan  penekanan arti, ruang  lingkup, dan konteks yang berbeda. Hal ini  menunjukkan bahwa, ilmu  komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial  adalah suatu ilmu yang  bersifat multidisipliner.
    Definisi Hovland   Cs, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah mengubah atau   membentuk perilaku.Definisi Berelson dan Steiner, menekankan bahwa   komunikasi adalah proses penyampaian, yaitu penyampaian informasi,   gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain.Definisi Lasswell, secara   eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang
lima komponen yang terlibat dalam komunikasi, yaitu:
- siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber.-     mengatakan apa ( isi informasi yang disampaikan)
- kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima)
- melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi)
- dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi –pada diri penerima)
    Definisi  Lasswell  ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya  yang  disengaja serta mempunyai tujuan. Definisi Gode, memberi penekanan  pada  proses penularanpemilikan, yaitu dari yang semula (sebelum  komunikasi)  hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah komunikasi  menjadi  dimiliki oleh dua orang atau lebih.Definisi Barnlund, menekankan  pada  tujuan komunikasi, yaitu untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai  dasar  bertindak efektif, dan untuk mempertahankan atau memperkuat ego.
    Berdasarkan   definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh   gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai   berikut:
- Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi  sebagai  suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian  tindakan  atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau   sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
- Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. 
Komunikasi  adalah  suatu kegiatan yang dilakukan secara  sadar, disengaja, serta  sesuai  dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
- Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat 
Kegiatan  komunikasi  akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi   (dua  orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai   perhatian yang samaterhadap topik pesan yang disampaikan.
- Komunikasi bersifat simbolis
Komunikasi  pada  dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan   lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi   antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat,   angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
- Komunikasi bersifat transaksional 
Komunikasi  pada  dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua   tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau   porsional.
- Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu 
Maksudnya  adalah  bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi  tidak  harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya  berbagai  produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet,  faximili, dan  lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi  masalah dalam  berkomunikasi.
Read more: http://faizadi.blogspot.com/2010/11/tugas-3-manajemen-umum-soft-skill.html#ixzz16wwWmqG9 
Under Creative Commons License: Attribution